Minggu, 21 April 2013

Ngobrol Bareng Suami [1]

Beberapa hari kemarin, pulang kerja hampir tengah malam. Suami tercinta sharing, kalau beliau tadi dikerjaan baca bukunya pak Habibie. Baru dapat satu atau dua halaman gitu.
"Abi sampai terharu lho, Mi. Membaca bagaimana perjuangan pak Habibi dan bu Ainun hidup di Jerman menempati rmah kontrakan."
Kemudian berlanjut bla, bla, bla...
"Abi jadi merenung tentang kita, tentang Umi..."
"Kenapa gitu?"

"Iya, bu Ainun tu nggak pernah merapikan buku-buku pak Habibie yang berserakan dimana-mana, ketika pak Habibie sedang bekerja. Karena boleh jadi hal itu justru akan menyulitkan atau menghilangkan inspirasi bagi pak Habibie."
"Truss..." saya jadi mikir karena sudah hampir dua minggu saya baca, hunting referensi untuk mencoba ikut sebuah lomba penulisan cerpen tentang musim semi. Yang otomatis saya perlu bahan referensi untuk bisa menuangkan dalam tulisan. Meski baru belajar nulis, bahkan untuk sebuah cerpen sekalipun. Beberapa buku yang mengulas sebuah negara sebagai bahan referensi saya bergeletakan di ruang komputer.
"Iya, baru membaca beberapa bab. Menjadi sebuah perenungan, tentang kehidupan rumah tangga Habibie-Ainun. Kemudian tentang bagaimana setiap pulang kerja pak Habibie seolah kehilangan kepayahan dan kesumpekan saat melihat bu Ainun berdiri di jendela dengan senyumnya menyambut kedatangan suami. Ingat Umi kalau nganter Abi berangkat kerja, atau membukakan pintu sewaktu Abi pulang hehehe."
"Beli lah bukunya hahaha" aku jadi ngomporin.
"Pasti, udah Abi tebak itu..."
Dan ceritapun berlanjut setiap pulang kerja, karena beliau melanjutkan bacaannya di kantor. Buku punya kantor soalnya.
Hingga sampailah obrolan santai tapi bahasannya 'berat'.
"Hidup kita mau apa ya?"

to be continued... lengan sudah pegel. Baju udah pada ngantri buat disetrika ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar