Minggu, 23 Februari 2014

Kimchi Sawi home made

Anyeonghaseo...
Halah, bisanya cuman gitu sama Saranghae hehe...
Berhubung hari ini aku mo nulis resep asal Korea sono, jadi nyapa dulu begitu (kudu ya? :D )

Today aku mo berbagi resep dari hasil praktikum di laboratorium idaman emak emak, mana lagi klo bukan dapur ( itu sih klo emak emaknya aku yaa)

Kimchi Sawi
Pict. by : Andar_Art Roemah Tjahaya


Aku nyoba resep ini dengan takaran yang nggak manut banget sama resep resep hasil nggugel, udah keburu males lihat resep dan nimbang n naker naker :p jadi kusiapin aja bahan bahan dan bumbu yang dibutuhkan.

-Sawi putih, ada setengah kiloan.
-garam krasak, garam jadul gitu daaah yang tanpa yodium,   masih asli dari air laut (mungkin). Aku pakai 3-4 sendok makan dilarutkan dalam air 2-3 liter dalam wadah/baskom.
-Gochujang, yang juga kubuat sendiri, resepnya udah kuposting juga. Kupakai 3-4 sendok makan.
-6 siung bawang putih, parut/uleg.
-setengah jempol jahe, parut.
-bubuk cabe, aku pake boncabe. Beli mendadak karena nggak punya stok (dan ga pernah punya hehe) aku pake yang level 15 karena adanya itu, dikira kira aja takerannya sesuai selera masing-masing.
-satu buah jerpis ukuran sedang pengganti cuka, peras airnya.
-garem, satu sendok teh, atau sesuaikan selera asin kamu kamu.
-kecap ikan, harusnya pake 1-2 sm. Aku nggak pake karena nggak punya :D
-satu batang daun bawang, bisa iris 1-2 cm atau rajang halus.

Caranya : cuci bersih kuntum sawi perlembar di bawah kucuran air, langsung di bawah kran, sampai yakin bersih, kanyut tuh ulet ame kotoran yang nempel. Trus, rendem sawi ke dalam air larutan garem, kurang lebih 6 jam. Aku ngrendemnya ampe 12 jam ( ngrendem dari setengah 6 sore, sempetnya eksekusi jam segitu. Malemnya alarm kagak berhasil ngebangunin, jadi pukul 6 pagi baru ngerjain itu proses bikin Kimchi Sawi  hehe)

Setelah sawi rendaman dicuci/bilas dari air garam, teteup ya gunakan air mengalir. Balurin pake bumbu/bahan yang sudah disebutkan tadi, pada tiap lembar sampai pangkalnya, klo mo diutuhin, potong-potongnya nanti klo mo makan. Ato potong potong dulu sawi sesuai selera, aduk deeh sama bumbunya. Simpan dalam wadah kedap udara, toples kaca atau plastik. Yang hobi koleksi Tuppy, bisa juga. Simpan dulu sehari semalam dalam suhu ruang, baru masukkan kulkas.

Klo di negeri asalnya sono, Kimchi tradisional di simpen dalam guci gerabah.

Hasil praktikumku ini, rasanya lebih enak dan seger dari produk kemasan yang pernah kubeli di hypermart. Sudah seminggu nggak/belum berasa kayak oseng sawi basi (hehe... maaf, tapi begitu dah kata temen n suami yang nyicip produk kemasan onoh)

Ya udah, atuh. Sok mangga yang penasaran sama rasanya, bisa langsung ke lab. buat praktik heheu
Enak buat temen makan nasi, meski tanpa temen/lauk lainnya
maksi sama Kimchi dan Nori, yummy
Pict. by : Andar _ Art Roemah Tjahaya



Rabu, 12 Februari 2014

Gochujang

Demam Korea?
Nggak juga, sih. Bukan efek Halyuwave lhoo... aku bikin sambal khas Negeri Ginseng ini.

Aku memang suka budaya dan seni negeri manapun, yang kurasa unik dan indah. Termasuk kulinernya, karena aku doyan makan, gembul euy...

Tentang Korea, yang jadi pemantik kesukaanku adalah drama(romantic)nya. Dari dramanya, jadi suka cari tau budaya dan kulinernya. Boysband dan Girlsband? Haha... yang satu ini sih aku kudate daaah, ga mudeng. Cuma tau Suju sama SNSD, itu juga cuma tau satu personilnya aja, Si Won sama Yoon A. Nama and muka doang kkk

Nha, saat asyik menonton drama, kan ada tuh scene scene yang lagi makan makan. Sepertinya orang sono ni'mat banget makan yang panas panas langsung dari pancinya haha. Makanan yang pertama bikin aku penasaran, sih... Kimchi.

Keliatannya segerr gitu, apalagi setelah tau kimchi itu adalah asinannya Korea. Daaan, dikehamilan ke dua ini entah ya, pingiiin banget nyobain kimchi. Ke resto Korea sepertinya kantong teriak teriak deh, "Jangaaan, aku ga ada isinyaaa!!" :D

Akhirnya dapet beli di supermarket, ternyataaa rasanyaaa... Hm, aku ga mo recomended deh. Biar penasaran, pembaca nyoba sendiri aja hihihi...

Truss... aku mo nulis/bagi apa nih sebenarnya?
Heheu kan judulnya GOCHUJANG, jadi aku mau bagi resep a la aku, karena barusan dah praktik bikin. Resep aku baca sih dari hasil searching ke eyang Gugel.

Yuk, baca dulu

Bahan :
Cabe merah Tewe atau Tanjung 5 buah buang bijinya, ini kupakai biar dapet warna yang cakep.
Cabe merah kriting 7 buah
Cengek domba/rawit merah 11 buah, ini sih terserah yaa tingkat kepedasannya mau seberapa. Haluskan/uleg.

Nah, klo diresep resep hasil googling ketiga cabe itu ditulis 3 sm cabe merah bubuk, jadii yang pake cabe segar itu akalanku saja, karena nggak/belum punya cabe bubuk, heheu.

Bahan yang ke dua
2 sm air cuka
Aku ganti air cuka dengan air jeruk nipis.

Yang ke tiga
1 sm gula putih

Kemudian...
4 sm kecap asin

Yang terakhir 2-3 siung bawang putih, uleg, aku pakai 4 siung.
Bahan bahan di atas baru tahap satu.
Kita olah dulu yuuuk

Campur cabe halus, air jerpis/cuka, gula dan kecap asin. Aduk sampai gula larut, kemudian masukkan bawang putih, aduk merata.

Klo sudah jadi, lakukan tahap 2.
Masukkan 2 setengah sendok teh gula putih, 8-10 sm air jerpis/cuka, 10 sm tepung ketan putih. Aduk semua hingga merata. Gochujang pun siap dipakai, klo di Korea sambal ini difermentasikan, hingga awet bertaun-taun.

Untuk hasil fermentasi yang terbaik, gunakan wadah keramik/tembikar yang tertutup rapat. Bisa juga gunakan wadah plastik kedap udara, atau toples kaca.

Karena sifatnya asam, jangan gunakan wadah dari alumunium atau kaleng. Setelah difermentasi, bisa disimpan di kulkas.

Hasil dari percobaanku ini, pas dicobain rasanya... wuih, rame...
Pedes, asem, manis dikit. Fresh from the oven. Belum mengalami penyimpanan/fermentasi. Bebera hari lagi akan kutulis di sini (edit) hasilnya. In sya Alloh, moga ga lupa. Faktor U :D

Gochujang ini bisa untuk masak Bibimbap, Tteokbokki, Kimchi, dan beberapa masakan Korea lainnya ( belum apal heheu )

Ok, met nyoba yaa...
Eh, lupa. Resep dengan takaran tadi menghasilkan gochujang setoples kaca sambal terasi *BC.

Rabu, 05 Februari 2014

Bento Soto Babat

Hmm... yummy
Musim hujan gini makan ditemani yang angetanget jadi lahap. Salahsatunya, Soto.

Yippiii, hari ini suamiku masih shift siang, jadi banyak waktu buat masakin bento.

Dan aku juga mo berbagi resep Soto dengan bahan Babat. Suka suka, sih... mo babat kambing, sapi, kerbau juga boleh. Tinggal nyari tips buat mengatasi aroma masingmasing heheu.
Nha, resep hari ini masih dari hasil request suami tercinta yang pingin dimasakin soto Babat, aku sendiri ga suka ( bukan berarti ga doyan, lho yaa...) sama yang namanya jeroan satu itu.

Soto babat tu sebenernya simpel, tanpa temen saji macem-macem. Cukup babat thok, tapi karena suami maunya lengkap, jadi tambah 'ngluthek' nyiapin temen pelengkapnya ^_^
Soto Babat n prens
Foto doc. Pribadi
By : Andar@Roemah_Tjahaya

Ini nih bahan, bumbu, dan cara masaknya. Cekidot yaaa...

Bahan :
1/2 kg Babat

Rebus dengan 2 lembar daun salam

Bahan pelengkap :
Kol/Kubis
Tomat merah
Kentang
Emping
Jerpis
Daun bawang
Seledri

Bumbu :
6 siung besar bawang merah
3 siung besar bawang putih
15 butir merica/lada
2 ruas jari kunyit/kunir
1 ruas jari jahe
1 batang sereh
3 lembar daun jeruk
1 bungkus santan kara kemasan kecil
3 sendok makan minyak goreng untuk menumis
2-3 liter air untuk kuah
Garam 2 sendok teh/secukupnya
Saya menambahkan 1 blok kaldu untuk penyedap

Cara memasak :
Potong 2x3 Babat yang sudah direbus
Haluskan bawang putih, bawang merah, merica, kunyit, dan jahe. Tumis sampai harum dan matang, masukkan kedalam panci yang sudah diisi air untuk kuah.
Geprek Sereh, sobek sobek utuh daun jeruk. Masukkan ke dalam panci.
Masukkan babat, tambahkan garam dan penyedap.
Tunggu beberapa lama hingga mendidih dan Babat menyerap bumbu. Tambahkan santan, aduk jangan sampai pecah. Setelah beberapa lama Soto Babat siap dihidangkan bersama pelengkapnya.

Pelengkap :
Potong kentang 4 bagian, iris tipis, rendam dalam air yang dibubuhi sedikit kapur sirih, cuci tiriskan, goreng crispy.
Goreng emping dengan api sedang supaya tidak gosong, jangan lama lama gorengnya, apalagi disambil fb an heheu
Iris kecil daun bawang dan seledri.
Potong tomat dengan bentuk dan ukuran sesuai seleramu
Belah jeruk nipis, aku pakai tips di'ginyer ginyer' dulu sebelum membelah jerpis, supaya kandungan airnya mudah diperes

Buat sambal miri, cukup cengek/cabe kecil, miri sangrai. Uleg.

Tarraaaa, Soto Babat yang ini untuk bento suamiku bekerja
Bento Soto Babat
Specially untuk Ai Man
Foto doc pribadi by Andar
@Roemah_Tjahaya


Sabtu, 01 Februari 2014

Doa Pangeran

Pulang silaturrahim dari seorang karib yang baru saja pulang menunaikan ibadah umroh, kuberikan oleh-oleh air zam zam pada pangeranku. Sebelum meminumkannya aku meminta, "Ya Allaah berikan Riyadh kesehatan, ilmu, kesholihan. Aamiin."

Setelah meneguknya, Pangeranku mengangkat kedua tangannya, "Ya Allaah, berikan Umi adik. Aamiin."

Duh, bahkan Umi nggak kepikiran ke sana, Prince. Aku terharu. Ya, mungkin pangeranku sudah kesepian tak ada teman bermain selain Uminya kalau di rumah. 

Besok malamnya Riyadh menanyakan lagi air zam zam, "Umi air minum yang ada gambar masjidnya mana?"
Akupun memberikan zam zam yang masih setengah botol lagi. Mungkin dua tegukannya akan kandas.

Riyadh berdoa dulu sebelum minum, "Ya Alloh beri Riyadh kesehatan." Satu tegukan, kemudian ia datang padaku, "Aa... Umi buka mulutnya."

"Buat Riyadh aja semua, Umi sudah kemarin."

"Atuh, aaa Umi"

Akhirnya aku membuka mulut, dan diminumkannya air zam zam yang tinggal seteguk.
"Yang banyak minumnya, biar Umi hamil..."

Ya Alloh, Riyadh sudah tiga tahun sepuluh bulan. Tapi belum punya adik, ketika bermain di rumah sendirian karena umi lagi mengerjakan hal lain. Ia suka mengobrol dengan teman imajinasinya. Sebuah kesepian yang melahirkan kerinduan. Semoga doa pangeranku, diperkenankan olehMu.

Alhamdulillaah Juni nanti Riyadh genap 5 tahun usianya, dan in sya Alloh bulan April Riyadh akan punya ade'. Doanya diqobul ^_^

Setiap nonton iklan Cusson di mana seorang ibu sedang  memandikan babynya dan mengucapkan Selamat Pagi, Riyadh selalu nyeletuk, "Nanti Riyadh juga begitu, mandiin ade' bayi" heheu

Ealah Bapaaaak

Kutuliskan dulu apa yang kulihat dalam perjalanan hari ini, sebelum pejam mataku pulas ke dunia mimpi.

Sabtu hari ini 1 Februari, suami jatah libur karena kerjaan kena shift dua. Maka diajaklah (atau dianter) aku ke toko buku untuk membeli buku cerita untuk anakku, ke Gramedia Merdeka. Sebenarnya banyak kisah hari ini, namun aku ingin menuliskan per kisah.

Ini tentang kepedulian atau bisa disebut kasih sayang kepada anak.

Perjalanan berangkat mah enjoy saja sambil sesekali bercerita ( kami mengendarai motor ). Namun ketika dalam perjalanan pulang, sungguh tak habis pikir. Kami berjajar dengan seorang bapak separuh baya, anaknya mungkin usia 3-4 tahun, secara postur lebih kecil dari anakku yang umurnya 4 tahun.

Bukan apa apa, anaknya diboncengin dijok belakang, tanpa pengaman. Diiket kek ke badan bapaknya, atau inisiatip pasang dudukan rotan/besi yg safety. Mana pula anaknya nggak dipakein helm. Sementara sang bapak helm an dan jaketan. Aku grundelan sama suami, was was khawatir, macam mana kalau anaknya ngantuk. Sayangnya kami tidak berjajar percis, jadi mo ngaruhin juga nggak nyampe, pun gimana klo bapaknya nggak terima. Akhirnya kami memutuskan untuk stay ride di belakang si bapak meski agak jauh. Alhamdulillaah, kisaran 15 menit, setelah kehalang mobil dan arus lalin agak sendat, kami melihat anak si bapak sudah pindah duduk di depan. Fiuhhh, lega rasanya.

Mungkin ada orang lain yang menegurnya. Paak, Buuu  atau siapa pun. Ketika mengendara, andai tak sayang diri sendiri... sayangi orang lain, apalagi anak/ponakan kita.

Dan ternyata tak cukup sekali itu saja, ketika kami menyusuri ruas Jln, Soekarno-Hatta... aku melihat seorang bapak bapak yang mungkin seumuran dengan suami yaah kisaran 30 40 lah, anak lelakinya sudah cukup besar, mungkin sudah kelas 2 atau 3 SD jika menilik postur badannya. Nhaa yang ini sih anaknya diboncengin di depan, taaaapii... yang bikin miris adalah si bapak hanya mengendarai motornya dengan satu tangan mengendalikan gas motor, sementara tangan satunya asyik menggenggam HP menelepon.

Aksi itu cukup lama, dari aku ketemu keluar dari jalan tembusan Pindad sampai hampir Metro Indah Mall. Parahnya si bapak pengendara itu masuk jalur cepat tanpa menghentikan aksinya mengendara dengan satu tangan. Ya Alloh, apa nggak mikir itu si bapak akan keselamatan diri sendiri dan orang lain?

Ternyata, nggak perlu jauh dan luasnya bagian wilayah Indonesia, ini saja sudah begitu miris, belum beberapa remaja yang kami temui selama perjalanan PP Cinunuk-Bandung, mengendara motor dengan asyik mesra bareng HP. Hadeeeeuuuh

Jumat, 31 Januari 2014

(H)Ayam Seuhah Tiga Cabe

Doc pribadi
By Andar @ Art Roemah Tjahaya
Hmm, sebagai IRT olahan ayam adalah lauk daging yang paling mudah di dapat, pun bisa divariasikan dengan banyak olahan. Aku pribadi sebenarnya bosan dengan yang namanya daging ayam, jujur saja aku lebih meni'mati goreng tempe dengan sambel toge daripada makan dengan daging ayam.

Berhubung suami sukaaa bangeuud sama si 'ayam' yah dengan senang hati kudu masak ayam begitu Cinta order ayam ^_^

Nhah, untuk kesempatan hari ini suami pesen ayam dicabein. Beliau memang pelahap sambel. Biasanya aku klo nyabein ayam hanya pake cabe merah kriting, biar pedesnya 'sumer sumer', gitu priyantun Jowo bilang. Karena aku nggak mau bikin sambel juga, maka kali ini resep ayam cabe/baladonya aku puedesssin ( hyaaa, meuni lebay nulisnya heheu)

Nhah ini resepnya, sudah biasa mungkin yaa...
Anyway seneng nulis aja sih akunya ^_^ \/

Rabu, 29 Januari 2014

Leunca Masak Tauco

Cullinary Batik Cullinary : Leunca masak Tauco
Doc. Pribadi
Foto by : Andar ; Art Roemah Tjahaya

Bahan   :
1 pack plastik kiloan Leunca

Bumbu :
3 siung bawang putih, iris tipis
6 siung bawang merah, iris tipis
3 buah cabe merah kriting, iris serong
3 buah (ato sesuai selera pedas) cabe rawit    merah/cengek domba.
1 ato 2 pack tauco kemasan kecil
1/2 sendok teh garam, ato sesuai selera
Penyedap secukupnya, saya suka pakai Saori tiram

Cara memasak :
Siangi/petik leunca dari tangkainya, cuci bersih.
Panaskan wajan, tuangkan minyak goreng 3 sendok makan.
Tumis bawang putih, bawang merah, dan cabe hingga wangi.
Masukkan leunca, aduk beberapa lama.
Tambahkan tauco, garam, dan penyedap.
Tuangi sedikit air, tunggu sebentar. Matikan kompor.
Leunca masak tauco siap dihidangkan untuk menemani nasi hangat.

Selamat memasak...
Apapun masakan kita, diolah dan disajikan dengan cinta, pasti istimewa ^_^

Jumat, 17 Januari 2014

Dilema pussy : good bye Zumi

Hewan kesayangan atau peliharaan, menurut mereka yang ahli dalam bidangnya, baik untuk perkembangan jiwa anak. Dari hewan peliharaan itu, anak terbiasa/belajar bertanggung jawab, belajar menyayangi, atau belajar peduli.
Aku sendiri 'penyayang binatang', dari kecil teman bermainku kucing dan anjing, juga ayam ayam milik uyutku. Karena itu setelah berkeluarga dan punya anak, hal itu 'nurun' ke anak. Riyadh suka sekali dengan hewan  hewan peliharaan macam hamster, kelinci, ayam, pun kucing.
Nha, diantara semua itu yang paling sering ikut jadi penghuni rumah adalah kucing. Karena nggak harus beli, beberapa kali kucing kampung liar, mukim di rumah kami. Meski kucing kampung mereka cukup sopan dan 'lulut' hingga akhirnya berstatus jadi milik kami. Ada yang sampai beranak pula. Pun ada yang karena buangan ketika masih cemeng.
Salah satu kucing yang ikut tinggal di rumah adalah Zumi 'cemong'. Ia kutemukan pada sebuah siang karena ngeongannya membangunkanku dari tidur. Kutelisik dan mencari ternyata seekor anak kucing dengan tubuh basah kuyup dan penuh tanah berada di kebun kosong. Kubawa ke rumah kemudian kumandikan. Anehnya setelah mandi, kucing itu tak bisa berdiri, padahal badannya sehat.
Kerhatikan dengan seksama, ternyata seutas benang gelasan menjerat lehernya sampai meninggalkan lebam merah saking kuatnya. Aku sedikit panik mencari cara melepaskannya, khawatir ia mati sebab nafasnya sudah tersengal. Alhamdulillaah, berhasil juga. Aku ingat hari itu kira kira hari ke tiga bulan Muharram 1435H. Sejak hari itu ia tinggal di rumah kami dan 'resmi' jadi kucing kami, sebab tak ada orang kampung yang nanya nyari anak kucing. Heheu memang di sini banyak kucing liar, sih.
Zumi pada hari pertama kutemukan
Hingga seterusnya jadilah Zumi kucing kesayangan kami. Gerak geriknya atraktif dan lucu. Di subuh pertama Zumi membangunkan Riyadh dengan lucunya, hingga sejak saat itu setiap subuh ketika aku membuka pintu dapur, Zumi langsung 'menyerbu' Riyadh untuk dibangunkan, aku tak lagi repot membangunkannya setiap mau mandi persiapan sekolah. Alhasil Riyadh selalu bangun pagi pagi dan bermain dulu dengan Zumi.
Kelucuan Zumi tak hanya menarik perhatianku dan Riyadh, tapi juga abinya. Dari beliaulah Zumi mendapat panggilan Cemong, karena warna hitam pada bagian hidung dan mulutnya.
Sejak punya Zumi, setiap pulang sekolah selesai salaam yang ditanyakan Riyadh, "Mana Zumi?" sudah laiknya saudara dan teman bermain saja.
Main rumah rumahan
Hanya sayangnya, keduanya sama sama 'hiperaktiv', adaaaa saja hal hal yang membuatku harus yelling, "Abaaaang, tidak begitu." ketika mendengar ngeongan Zumi yang 'teraniaya'. Meski begitu berdua dua mereka tuh selalu bersama. Bahkan ketika mandi pun Zumi menunggu dengan setia di luar kamar mandi.
Nungguin Abang mandi
Pokoknya Zumi is the best friend ( jiaaah).
And... perpisahan itupun tak terelakkan. Pada 1 Januari, kami bertiga pergi ke kota untuk refreshing di toko buku. Zumi yang habis sakit, tidak kami masukkan dulu ke rumah. Sepulang ke rumah tak kami temui Zumi di kursi rotan tempat ia biasa tiduran. Menunggu hingga petang, malam, bahkan subuh sepulang abi dari masjid tak menjumpai Zumi di teras. Biasanya Zumi tidur di kursi rotan teras depan ketika pulang tak dapat pintu.
Sejak itu, hari seakan sepi. No yelling anymore. Akupun harus kembali membangunkan Riyadh dengan seribu jurus. Pagi pertama masih mempan dengan bilang, "Tuh dicariin Zumi" namun berikutnya, Riyadh tau Zumi sudah tak ada lagi.
So sad... mungkin hanya aku yang lebay dengan kepergian Zumi. Suaranya terngiang mengeong menjadikanku terjaga tengah malam, pun siang hari. Sometimes pingin nangis keinget Zumi.
Ya Rabb, aku ingin Zumi kembali ke rumah ini. 
Kami yakin Zumi dibawa orang yang lagi lewat. Setelah sakit, Zumi memang lebih kalem, mau digendong siapa saja, dan seneng tiduran di rerumputan pinggir jalan rumah.
Abinya sering mengingatkanku, "Ya sudah, iklasin aja. Moga Zumi mendapat perawatan lebih baik dari kita." Hiks, inget Ginzo, yang dibawa orang ketika masih kecil. Sama kasusnya, kami tinggal pergi ke kota. Iput, sang induk dengan empat ekor anak yang lucu lucu, tidak kami masukkan rumah. Ketika pulang, Kenzo, Yuki, dan Yumi kehilangan satu saudaranya.
(Kisahnya mengaksara lain waktu yaa)









Tulisan ini diikut sertakan untuk event-nya Rumah Ronin http:/dhenok.net/shop/