Sabtu, 01 Februari 2014

Ealah Bapaaaak

Kutuliskan dulu apa yang kulihat dalam perjalanan hari ini, sebelum pejam mataku pulas ke dunia mimpi.

Sabtu hari ini 1 Februari, suami jatah libur karena kerjaan kena shift dua. Maka diajaklah (atau dianter) aku ke toko buku untuk membeli buku cerita untuk anakku, ke Gramedia Merdeka. Sebenarnya banyak kisah hari ini, namun aku ingin menuliskan per kisah.

Ini tentang kepedulian atau bisa disebut kasih sayang kepada anak.

Perjalanan berangkat mah enjoy saja sambil sesekali bercerita ( kami mengendarai motor ). Namun ketika dalam perjalanan pulang, sungguh tak habis pikir. Kami berjajar dengan seorang bapak separuh baya, anaknya mungkin usia 3-4 tahun, secara postur lebih kecil dari anakku yang umurnya 4 tahun.

Bukan apa apa, anaknya diboncengin dijok belakang, tanpa pengaman. Diiket kek ke badan bapaknya, atau inisiatip pasang dudukan rotan/besi yg safety. Mana pula anaknya nggak dipakein helm. Sementara sang bapak helm an dan jaketan. Aku grundelan sama suami, was was khawatir, macam mana kalau anaknya ngantuk. Sayangnya kami tidak berjajar percis, jadi mo ngaruhin juga nggak nyampe, pun gimana klo bapaknya nggak terima. Akhirnya kami memutuskan untuk stay ride di belakang si bapak meski agak jauh. Alhamdulillaah, kisaran 15 menit, setelah kehalang mobil dan arus lalin agak sendat, kami melihat anak si bapak sudah pindah duduk di depan. Fiuhhh, lega rasanya.

Mungkin ada orang lain yang menegurnya. Paak, Buuu  atau siapa pun. Ketika mengendara, andai tak sayang diri sendiri... sayangi orang lain, apalagi anak/ponakan kita.

Dan ternyata tak cukup sekali itu saja, ketika kami menyusuri ruas Jln, Soekarno-Hatta... aku melihat seorang bapak bapak yang mungkin seumuran dengan suami yaah kisaran 30 40 lah, anak lelakinya sudah cukup besar, mungkin sudah kelas 2 atau 3 SD jika menilik postur badannya. Nhaa yang ini sih anaknya diboncengin di depan, taaaapii... yang bikin miris adalah si bapak hanya mengendarai motornya dengan satu tangan mengendalikan gas motor, sementara tangan satunya asyik menggenggam HP menelepon.

Aksi itu cukup lama, dari aku ketemu keluar dari jalan tembusan Pindad sampai hampir Metro Indah Mall. Parahnya si bapak pengendara itu masuk jalur cepat tanpa menghentikan aksinya mengendara dengan satu tangan. Ya Alloh, apa nggak mikir itu si bapak akan keselamatan diri sendiri dan orang lain?

Ternyata, nggak perlu jauh dan luasnya bagian wilayah Indonesia, ini saja sudah begitu miris, belum beberapa remaja yang kami temui selama perjalanan PP Cinunuk-Bandung, mengendara motor dengan asyik mesra bareng HP. Hadeeeeuuuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar